MENTARI PAGIKU

Satu hal yang membuatku merasa nyaman ada di dekatnya adalah bahwa dia mentari pagiku. Di depan kelasku dia berjalan sendiri dengan langkah kaki yang pelan nan anggun bagai peri. Pagi itu aku menyapanya dengan perasaan senang. Dia tersenyum padaku. Meski aku tak pernah tahu setulus apa senyumnya padaku. Bagiku itu sangat berarti, lebih dari apa pun di dunia ini.

Bel tanda jam pelajaran terakhir telah selesai, mengalun dan berdentang. Para siswa berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing. Penat yang menjalar di tubuhku setelah seharian menuntut ilmu, kurasa mereda saat aku tahu apa yang akan terjadi di hidupku setelah ini. Aku akan mencatatnya dengan tinta emas di antara lembaran kisah kehidupanku.
Siang itu aku merasa waktu berjalan lebih cepat dari biasanya. Dari kejauhan aku melihat dia keluar dari kelas, dengan langkah santai dan tubuh yang sedikit lelah. Sulit rasanya meredakan gemuruh yang melanda sekujur tubuhku. Setiap suara derap langkah kakinya seakan membaur dengan suara detak jantungku.
Telah lama aku memendam perasaan. Setiap pagi aku bertemu dengannya. Mendapat kesempatan untuk lebih dekat dengannya. Menikmati senyum riang dan teduh wajahnya. Kami berdua berjalan bersama, seiring dengan sebuah ikatan yang bernama ‘persahabatan’. Aroma wangi surgawi terhembus dalam setiap tarikan nafasnya, dan itu bukan halusinasi. Aku menikmati setiap detik kebersamaan yang aku lalui di dekatnya.
Lama aku terbuai dalam lamunan. Seseorang yang lama aku nanti kini sudah berada tepat di depan mata. Seperti biasa aku menyapanya dan dia hanya bisa tersenyum. Dan aku tak pernah tahu apakah senyumnya itu tulus dari relung hati, atau hanya senyum palsu. Dengan tenang dia berlalu.
Lalu aku mengejarnya. Meraih tangannya dan menautkan jemariku di antara lentik jarinya. Dia menoleh dan terkejut. Aku menatap kedua bola matanya baik-baik. Sejenak kemudian aku rasakan detak jantungnya berdetak semakin cepat. Kuputuskan untuk menggandengnya ke dalam ruang kelas. Mendesaknya hingga ujung ruangan.
Sesuatu sedang bergelora dalam pikiranku. Sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan sekedar untaian kata-kata.

3 kata terpendam dalam hati
Terasa berat hati untuk mengungkap
Terasa beku lidah untuk mengucap
Sesuatu yang menjadi resah jiwa selama ini